Sekilas Tentang Hierarki Pengendalian Resiko / Bahaya pada Pertambangan.
Kecelakaan tambang disebuah kegiatan pertambangan sering menyebabkan pekerja menjadi sasaran. Pekerja yang rentan mengalami kecelakaan didalam kegiatan pertambangan adalah Operator/Driver, Helper dan Mekanik. Mengapa pekerjaan tersebut rentan terhadap kecelakaan dalam kegiatan pertambangan.
1. Operator
Opetor adalah ujung tombak didalam kegiatan pertambangan yang langsung bersinggungan didalam kegiatan pertambangan. Operator dapat bekerja dibagian Alat berat seperti Excavator, Dump Truck, BWE, Pengolahan, dan lain2. misalnya saja didalam operator Dump Truck, banyak hal2 yang perlu dipertimbangkan oleh seorang operator didalam mengemudikan dump truck yang tingginya ban-nya saja 2X lebih tinggi dari tinggi manusia umumnya. penentuan grade jalan, kekuatan jalan, lebar jalan, blond spot pada tikungan, bagaimana dengan mobil LH yang berada didekatnya, sehingga didalam mengemudikan sebuah Dump Truck memerlukan skill yang tidak hanya idapatkan dari teori, tetapi memerlukan training yang untuk menentukan standard yang laik oleh seorang operator. Hal ini adalah pekerjaan yang memerlukan Pengendalian Resiko / Bahaya pada pertambangan.
2. Helper
Pekerjaan helper adalah orang yang bertugas untuk membantu didalam kegiatan pertambangan didalam menentukan daerah mana saja yang akan ditambang. Misalnya saja Helper didalam kegiatan penggalian batubara yang bertugas membantu operator PC didalam menggali Batubara. secara tidak langsung, helper akan berada didaerah terbuka untuk menunjukkan daerah penggalian. hal ini sangat berisiko, baik dari segi kesehatan pekerja, resiko dari alat berat lainnya dan resiko longsor serta lain-lainnya. Hal ini adalah pekerjaan yang memerlukan Pengendalian Resiko / Bahaya pada pertambangan.
3. Mekanik
Mekanik adalah orang yang bertugas merawat, memperbaiki, dan menjaga alat berat (Operator / pengguna alat berat juga wajib menjaga alat berat yang digunakannya). Mekanik disini dapat berpotensi mengalami kecelakaan tambang jika dia merawat / memperbaiki alat berat bukan di dalam workshop. misalnya saja di jalan hauling, mekanik memperbaiki alat berat, sedangkan di jalan tersebut banyak DT yang hilir mudik. selain mengganggu CT alat, hal ini juga berpotensi mengalami kecelakaan. untuk itu perlu IBPR yang dilakukan lebih lanjut jika memperbaiki alat berat di luar workshop. Hal ini adalah pekerjaan yang memerlukan Pengendalian Resiko / Bahaya pada pertambangan.
IBPR adalah Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko.
Sebenarnya kecelakaan pertambangan dapat di-CEGAH. Penelitian yang sebelum-sebelumnya telah melakukan pengujian yang menghasilkan
HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO / BAHAYA K3 DAN KO.
ADA 6 TINGKATAN HIERARKI K3 DAN KO. Berikut akan dijabarkan secara gamblang hierarki dimulai dari yang signifikan mengendalikan kecelakaan sampai kepada tahap pengendalian yang bersifat tidak permanin dan mengurangi dampak yang sangat berat.
1. Eliminasi yaitu meniadakan bahanya. jika penggunaan Alat berat yang memiliki kapasitas vessel lebih dari 200 ton. maka pencegahan bahaya wajib diterapkan seperti pembuatan SOP dan Prosedur. namun langkah yang bisa dilakukan untuk meniadakan bahaya adalah dengan Eliminasi. Jika Eliminasi diterapkan untuk sebuah alat berat, maka akan mengakibatkan peningkatan produksi tidak dapat ditingkatkan. akibatnya target produksi tidak dapat ditingkatkan. Eliminasi memang menghilangkan bahaya kecelakaan, namun juga memiliki beberapa kekurangan. sehingga didalam menentukan kebijakan yang menentukan kegiatan suatu perusahaan, wajib dipertimbangkan dengan baik dan benar sehingga target produksi tercapai dan keselamatan didalam K3 dan Kegiatan Operasional dapat menjadi Nomor 1.
2. Substitusi adalah mengurangi potensi bahaya dalam suatu sumber. ilustrasinya seperti dalam penggunaan Dum Truck yang memiliki tonnase lebih dari 200 ton. Dapat saja diganti dengan Dum Truck yang berkapasitas 60 Ton. hal ini akan memudahkan petugas K3 dan KO dalam mengontrol keselamatan. Namun disisi lain, diperlukan manajemen sistem dalam penggunaan jalan (metode Antrian) sehingga dapat berjalan dengan aman. Serta dicarikan tandem PC atau Power Shovel untuk spesifikasi alat yang akan di substitusi. hal ini ujung-ujungnya akan berdampat terhadap COST Perusahaan.
3. Isolasi yaitu dengan menutup sumber bahaya yang diyakini berpotensi menimbulkan kecelakaan. kerugiannya adalah jika idaerah tersebut terdapat reserved yang akan ditambang. maka karena dilakukan isolasi, maka akan mengurangi cadangan dari perusahaan tersebut. akibatnya umur tambang akan berkurang.
4. Engineering adalah memindahkan pekerja dari sumber bahaya.
5. Administrasi adalah mengurangi paparan pekerja dari sumber bahaya. hal ini dapat dilakukan dengan pembuatan SOP, JSA, Pedoman dan lain-lain yang tujuannya mencegah pekerja berpapasan dengan sumber bahaya dalam waktu yang lama.
6. APD adalah dengan melindungi pekerja dengan Perlindungan diri. dapat dilakukan dnegan menggunakan safety shoes, weir pack, helm dan lain-lain. Penggunaan APD ini sebenarnya bukan untuk menghindari kecelakaan, namun bertujuan untuk mengurangi keparahan dari kecelakaan yang diderita oleh pekerja saat terjadi kecelakaan tambang.
So, menjadi seorang pekerja didalam pertambangan tidak hanya membutuhkan skill yang hebat dan mumpuni, namun harus mengetahui SOP dan bagaimana didalam menanggulangi kecelakaan didalam pertambangan karena akan berguna didalam menjalakan tugas sebagai seorang engineer didalm suatu perusahaan pertambangan.
Salam Tambang,
Salam S5 (Sehat, Selamat, Sejahtera, Sukses Selalu)
Alex Sander Lumban Gaol, S.T
Mine Engineer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar